Anak saya Hikaru Balint Madani adalah seorang anak yang memiliki kesulitan belajar khusus atau yang sering disebut LD (learning difficulties) sehingga harus pindah ke SD Inklusi saat naik ke kelas 3 SD. Kesulitan belajar khusus yang dialami Hikaru adalah dispraksia yaitu gangguan atau ketidakmatangan anak dalam mengorganisir gerakan akibat kurang mampunya otak memproses informasi. Sebelum masuk ke SD inklusi ini psikolog mendiagnosa bahwa dia mengalami ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder) dan disleksia yaitu gangguan dalam perkembangan baca-tulis yang umumnya terjadi pada anak menginjak usia 7 hingga 8 tahun.
Setelah berlatih RBA (Rahasia Berjalan Alami) selama satu tahun, psikolog Hikaru mengakui adanya perubahan yang jelas pada diri Hikaru dan menganjurkan Hikaru tetap berlatih RBA. Pada bulan Januari 2016 Hikaru tertantang untuk mengikuti 21 days challenge RBA. Tidak tanggung-tanggung rekan-rekan 1 kelompoknya yang notabene 2 anak laki-laki beserta ibunya semua berasal dari negara lain tetapi mereka tetap semangat berlatih bersama melalui skype. Hikaru terlihat sangat menikmati proses ini bersama teman-teman 1 kelompoknya. Setelah selesai mengikuti 21 days challenge ini terdapat perubahan yang terjadi pada diri Hikaru secara fisik maupun non fisik. Secara fisik yaitu:
-
Tinggi badan bertambah 2,5 cm;
-
Berat badan bertambah 700 gram, Hikaru memiliki kesulitan untuk menaikkan berat badan dan sangat mudah untuk turun berat badan, sehingga kenaikan ini sangat berarti untuk Hikaru;
-
Lingkar dada bertambah 4 cm,
-
Lingkar panggul bertambah 1,5 cm.
-
Pergelangan kaki dan lingkar paha di atas dengkul menjadi seimbang kiri dan kanan.
-
Bentuk kaki sebelumnya agak O setelahnya menjadi lebih lurus
Hikaru adalah anak yang susah gemuk walaupun makannya banyak dan suka ngemil tapi setelah 21 days challenge terdapat perkembangan yang membahagiakan pada tubuhnya. Lingkar pinggang celana seragam sekolahnya semua kesempitan dan harus dilonggarkan dan kancing celananya mundur semua. Terlihat terdapat perkembangan pada tulangnya. Dia juga merasa punggungnya lebih enak, tidak pegal karena posturnya lebih tegak, saat berjalan sehari-hari kaki tidak pegal lagi dan tidur lebih nyenyak serta lebih santai.
​
Di sekolah menjadi lebih fokus, nilai-nilai tugas dan ulangan meningkat, konsentrasi bagus dan sangat stabil, empati kepada teman-teman sekelas meningkat, tidak melamun di kelas, biasanya sering melamun (day dreaming) sehingga tugas dan ulangan dapat selesai dengan tepat waktu (sebelumnya hampir selalu overtime), dapat reward terus menerus dalam 1 minggu penuh di kelas karena memenuhi target dari guru kelasnya, sehingga gurunya memberikan hadiah khusus di akhir minggu. Ini artinya berkelakuan baik secara konsisten dan memenuhi target setiap harinya.
​
Hal ini pun diakui oleh Okupasi Terapisnya, terlebih yang membuat terapisnya sangat tercengang adalah fokus sangat meningkat padahal sudah 2x ijin terapi, lebih alert dan aware kata beliau. Terlihat lebih siap untuk berpartisipasi aktif dalam beraktivitas. Hikaru tanggung jawab dalam menyelesaikan PR-PRnya walaupun saat akhir pekan sedang menginap di rumah neneknya dan ada sepupunya sedang bermain tetapi Hikaru tetap bisa fokus menyelesaikan PR-PRnya sampai selesai. Anaknya penurut tidak ada mengeluh dan disuruh apa saja menurut. Inisiatifnya sangat tinggi. Sekarang kemampuan dia bercerita sudah sangat bagus dan terstruktur serta lengkap.
Terapisnya pun mengakui kalau postur Hikaru memang lebih bagus. Dan yang paling tidak masuk diakal adalah bahwa ciri-ciri disleksia dan ADHD sudah tidak ada lagi.
Sungguh anugerah luar biasa dari Tuhan Yang Maha Esa dan kesempatan indah bisa ikut RBA dan merasakan manfaatnya yang luar biasa. Sebagai seorang ibu, saya ingin mengajak anda para orang tua untuk mengajak anak-anak berlatih RBA, khususnya untuk anak-anak yang mempunyai kesulitan dalam belajar. Anda tidak perlu bersusah payah lagi dalam mendidik dan melatih anak belajar untuk menjadi lebih konsentrasi, mandiri dan runut cara berpikirnya(terstruktur dan sistematis). RBA is good.